Bb F Em A
Bb C Dm
Dm Gm Dm
Ada sajadah panjang terbentang
Dm E A
Dari kaki buaian
Dm A Bb F
Sampai ketepi kuburan hamba
Dm E A
Kuburan hamba bila mati
Dm Gm Dm
Ada sajadah panjang terbentang
Dm E A
Hamba tunduk & sujud
Dm Am Bb F
Diatas sajadah yang panjang ini
Dm E A
Diselingi sekedar interupsi
Bb F C F
Mencari rezeki mencari ilmu
Dm E A
Mengukur jalanan seharian
Bb F C F
Begitu terdengar suara adzan
Dm E A
Kembali tersungkur hamba
Dm Gm Dm A Dm
Ada sajadah panjang terbentang
Dm E A
Hamba tunduk & rukuk
Dm Am Bb F
Hamba sujud tak lepas kening hamba
Dm A Dm
Mengingat Dikau sepenuhnya
Back to : Intro, Reff
Wuri Handayani, Stella Maris
Kebanyakan wanita bertindak secara spontan, baru berpikir.
Wanita lebih peka mengartikan bahasa tubuh.
Pakar neuroscientist, Daniel G Amen sekaligus penulis buku Unleash The Power of the Female Brain
mengatakan, dirinya telah mempelajari serta menganalisis lebih dari
80.000 otak manusia. Selain untuk membuktikan perbedaan otak pria dan
wanita, penelitian ini juga untuk memaparkan beda perilaku antara
keduanya, seperti berikut:
Studi menunjukkan otak pria 8 hingga 10 persen lebih besar, empat
persen sel otaknya lebih berat dibandingkan otak wanita. Namun bukan
berarti pria selalu lebih pandai. Scan otak menunjukkan beberapa bagian penting otak wanita lebih besar dari pria.
Misalnya saja untuk urusan menentukan lokasi berlibur. Wanita lebih jago dari pria. Ini karena bagian lobus frontal, seperti korteks pre frontal wanita
lebih besar dibandingkan dari pria. Daerah otak inilah yang mengontrol
perencanaan, perhatian, dan penalaran, dan pengambilan keputusan pada
wanita.
Tak hanya itu, korteks pre frontal juga terlibat dalam
kepribadian dan emosi yang berkontribusi pada penilaian dan kontrol
perilaku. Hal inilah yang membuat wanita bertindak sebelum berpikir.
Berbeda dengan pria yang cenderung berpikir panjang sebelum melakukan
sesuatu.
Sementara pria lebih memainkan lobus parietalis. Bagian
otak ini berperan penting pada pemetaan, representasi bilangan,
kesadaran spasial yang baik yang berhubungan dengan persepsi dunia
fisiknya dengan lingkungan.
Tak heran jika pria juga cenderung lebih banyak berpikir tentang
aktifitas seksual. Ini karena bagian yang mengatur berbagai perilaku
fisiologis lebih besar. Bagian ini juga responsif pada berbagai
rangsangan, seperti cahaya, bau-bauan, stres, bahkan gairah.
Multitasking
Dilaporankan Daily Mail, 60 persen otak manusia berwarna
putih dan 40 persennya abu-abu. Materi abu-abu pada pria lebih sedikit,
alhasil mereka cenderung menangani tugas hanya berfokus pada satu
pekerjaan.
Materi putih pada wanita lebih luas yang terkait dengan
intelengensi. Oleh karena itu, dalam hal pekerjaan wanita dapat
mempertimbangkan banyak hal dan mampu menjalankan aktifitas lebih dari
satu tugas atau pekerjaan.
Naluri
Penelitian menunjukkan, saat berpikir wanita menjalankan otak kanan
terkait dengan masalah emosional. Dibandingkan pria, wanita lebih peka
dalam memilah isyarat, bahasa tubuh, dan nada suara. Hal inilah yang
menyebabkan wanita menjalankan sesuatu berdasarkan firasat.
Namun terkadang intuisi wanita dapat bersifat negatif. Hal ini
dipengaruhi karena faktor kualitas tidur, hormon, stres, atau terjadi
peningkatan kadar gula darah.
Penelitian pembuktikan, ada bagian otak yang mengontrol empati pria dan wanita. Adalah korteks premotor yang membuat wanita lebih sensitif dan emosional dibandingkan pria.
Kontrol
Bagian otak yang berkaitan dengan kemarahan dan agresi pada wanita
lebih besar, kondisi inilah yang membuat wanita lebih sulit mengontrol
emosinya ketimbang pria. Selain itu wanita juga cenderung merasa
agresif. Namun mereka jauh lebih mungkin meluncurkan serangan verbal
daripada serangan fisik, seperti pria.
Pria dan wanita memiliki tingkat kekhawatiran yang berbeda. Ini
karena adanya kekuatan asosiatif, khususnya wanita yang cenderung
memikirkan hal negatif pada hasil pembicaraan orang lain.
Disamping itu zat kimia yang mengantar pesan antar neuron,
serotonin lebih rendah pada wanita. Rendahnya serotonin ini biasa
terkait dengan aktifitas pusat otak yang kerja berlebihan. Tak jarang
hal ini juga dapat menyebabkan depresi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar